Translate

English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Jumat, 12 Juni 2015




A.  Teknik Evaluasi
     Teknik Evaluasi adalah cara yang dilakukan untuk melakukaan evaluasi atau alat/ instrument yang digunakan evaluator dalam proses evaluasi. Teknik evaluasi ini digunakan untuk mempermudah seseorng untuk melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien. 
     Untuk evaluasi pendidikan yang termasuk di dalamnya adalah  evaluasi terhadap program pendidikan suatu lembaga, tujuan, sarana, efektifitas, kurikulum dan lain-lainnya bisa dilakukan dengan teknik evaluasi program. Model evaluasi program diantaranya adalah CIPP, Stake, Discrepancy, Scriven, Goal Oriented Evaluation dan Goal Free Evaluation. Sebagai contoh adalah Model CIPP (Context, Input, Process dan Product) yang bertitik tolak pada pandangan bahwa keberhasilan program pendidikan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti : karakteristik peserta didik dan lingkungan, tujuan program dan peralatan yang digunakan, prosedur dan mekanisme pelaksanaan program itu sendiri. Evaluasi model ini bermaksud membandingkan kinerja dari berbagai dimensi program dengan sejumlah kriteria tertentu sehingga dapat diketahui kekuatan dan kelemahan program yang dievaluasi.

     Sedangkan untuk evaluasi pembelajaran ada dua teknik yang sering digunakan untuk mengukur hasil belajar yaitu dengan tes dan nontes.

B. Teknik Tes dan Nontes ?
a)  Teknik Tes
     Merupakan salah satu teknik evaluasi yang berisi serentetan pertanyaan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu dapat tercapai. Tes merupakan penilaian yang komprehensif terhadap seorang individu atau keseluruhan usaha evaluasi program, dimana apat dijadikan suatu alat pengumpul informasi dan bersifat lebih resmi Karena penuh dengan batasan-batasan. Evaluasi di sekolah, khususnya tes mempunyai fungsi sebagai alat untuk mengukur siswa dan untuk mengukur keberhasilan program pengajaran.
     Sebagai salah satu alat untuk mengkuantifikasi sampel perilaku, maka para ahli memberikan berbagai macam klasifikasi tes yang berbeda tergantung perspektif sang ahli tersebut. Klasifikasi tes yang lengkap disampaikan oleh Anas Sudijono yang mengklasifikasikan tes berdasarkan perspektif tertentu.
     1.  Berdasarkan fungsi sebagai alat ukur perkembangan :
          a.  Tes seleksi
          b.  Tes awal
          c.  Tes akhir
          d.  Tes diagnostic, merupakan test yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan tersebut dapat dilakukan perlakuan yang tepat.
          e.  Tes formatif, dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti suatu program.
          f.  Tes sumatif, tes yang dilaksanakan setelah berakhirnya pembeian sebuah program yang nantinya dapat digunakan untuk menentukan seseorang anak dapat atau tidak menerima program berikutnya.
     2.  Berdasarkan aspek psikis yang ingin dinilai, :
          a.  Tes intelegensi
          b.  Tes kemampuan
          c.  Tes sikap (attitude test)
          d.  Tes kepribadian (Personality test)
          e   Tes hasil belajar
     3.  Berdasarkan banyaknya orang yang mengikuti :
          a.  Tes individu
          b.  Tes kelompok
     4.  Berdasarkan waktu yang disediakan :
          a.  power test
          b.  speed test.
     5.  Berdasarkan cara merespon:
          a.  Tes verbal
          b.  Tes non verbal
     6.  Berdasarkan cara mengajukan pertanyaan :
          a.  Tes tertulis, Tes tertulis bisa dalam bentuk pilihan ganda, benar-salah, menjodohkan, jawaban singkat, dan uraian bebas.
          b.  Tes lisan
Teknik yang bisa digunakan dalam tes adalah tes lisan, tes unjuk kerja, tes tertulis dan portofolio.
b)  Teknik Nontes
     Merupakan salah satu teknik evaluasi yang bersifat nontes, meliputi :
     1)  Skala Bertingkat (Rating Scale)
Menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap sesuatu hasil petimbangan, biasanya angka-angka yang digunakan diterakan pada skala dengan jarak yang sama, secara bertingkat dari yang rendah ke yang tinggi, sehingga dinamakan skala bertingkat.
     2)  Kuesioner (Questionare)
Sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Berdasarkan siapa yang menjawab, terdapat kuesioner langsung dan tidak langsung. Sedangkan berdasarkan cara menjawab, terdapat kuesioner terbuka dan tertutup.
     3)  Daftar-cocok (Check-List)
Deretan pertanyaan (umumnya singkat-singkat) dimana responden yang dievaluasi tinggal membubuhkan tanda cocok ( √ )  ditempat yang sudah disediakan.
     4)  Wawancara (Interview)
Cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan Tanya jawab sepihak. Dikatakan sepihak karena dalam wawancara ini tidak diberi kesempatan sama sekali untuk mengajukan pertanyaan. Pertanyaan hanya diajukan oleh subyek evaluasi. Ada dua macam wawancara yaitu bebs dan terpimpin.
     5)  Pengamatan (Observasi)
Merupakan salah satu bentuk teknik nontes yang biasa dipergunakan untuk menilai sesuatu melalui pengamatan terhadap objeknya secara langsung, seksama dan sistematis. Pengamatan memungkinkan untuk melihat dan mengamati sendiri kemudian mencatat perilaku dan kejadian yang terjadi pada keadaan sebenarnya. Ada tiga macam observasi, yaitu partisipan, sistemik dan eksperimental.
     6)  Riwayat Hidup
          Gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa kehidupannya.

C. Bandingkan antara tes uraian dan tes obyektif ?
a)  Tes Uraian
     1)  Pengertian
Tes ini pada umumnya berbentuk esai (uraian). Tes bentuk esai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri pertanyaannya adalah dengan kata-kata seperti; uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainya.
Soal-soal uraian ini menuntut kemampuan siswa untuk dapat mengorganisir, menginterpretasi, menghubungkan pengertian-pengertian yang telah dimiliki. Dengan singkat dapat dikatakan  bahwa tes ini menuntut siswa untuk dapat  mengingat-ingat dan mengenal kembali, dan terutama harus mempunyai daya kreatifitas tinggi. Soal uraian biasanya jumlahnya tidak banyak, hanya sekitar 5-10 buah soal dalam waktu kira-kira 90 s.d 120 menit.
     2)  Kelebihan-kelebihan
          1.  Mudah disiapkan dan disusun.
          2.  Tidak memberikan banyak kesempatan untuk berspekulas atau untung-untungan.
          3.  Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat yang bagus.
          4.  Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri.
          5.  Dapat mengetahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu masalah yang diteskan.
     3)  Kelemahan-kelemahan
          1.  Kadar validitas dan reabilitas rendah karena sukar diketahui segi mana dari pengetahuan siswa yang betul-betul telah dikuasai.
          2.  Kurang refresentatif dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran yang akan dites karena soalnya hanya beberapa saja (terbatas).
          3.  Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif.
          4.  Pemeriksaannya lebih sulit  sebab membutuhkan pertimbangan  individual lebih banyak dari penilai.
          5.  Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan  kepada orang lain.
     4)  Petunjuk Penyusunan
          Dalam penyusunan tes subjektif , maka harus diperhatikan beberapa hal berikut.
          1.  Hendaknya soal- soal tes dapat meliputi ide-ide pokok dari bahan yang di teskan, dan kalau mungkin disusun soal yang sifatnya komprehensif.
          2.  Hendaknya soal tidak mengambil kalimat-kalimat yang disalin langsung dari buku atau catatan.
          3.  Pada waktu menyusun, soal-soal itu sudah dilengkapi  dengan kunci jawaban serta pedoman penilaiannya.
          4.  Hendaknya diusahakan agar pertanyaannya bervariasi antara ”jelaskan”, ”bagaimana”, ”mengapa”, ”seberapa jauh”, agar dapat diketahui lebih jauh penguasaan siswa terhadap bahan.
          5.  Hendaknya rumusan soal dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh tercoba.
          6.  Hendaknya ditegaskan model jawaban apa yang dikehendaki oleh penyusun tes. Untuk ini pertanyaan tidak boleh terlal umum, tapi harus spesifik.
     5)  Penggunaan
          Tes bentuk uraian digunakan apabila:
          1.  Kelompok yang akan dites kecil, dan tes itu tidak akan dilakukan berulang-ulang.
          2.  Tester(guru) ingin menggunakan berbagai cara untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bentuk tertulis.
          3.  Guru ingin mengetahui lebih banyak tentang sikap-sikap siswa dari pada hasil yang telah dicapai.
          4.  Memiliki waktu yang cukup untuk menyusun tes.
     6)  Contoh Soal
          Jelaskan perbedaan antara padatan, cairan, dan gas !

b)  Tes Obyektif
     1)  Pengertian
Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. hal ini memang dilakukan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk esai (uraian). Dalam penggunaan tes objektif ini jumlah soal yag diajukan jauh lebih banyak dari  tes uraian. Kadang-kadang untuk tes yang berlangsung selama 60 menit dapat diberikan 30-40 buah soal.
     2)  Kelebihan-kelebihan
          1.  Mengandung lebih banyak segi-segi yang positif, misalnya lebih refresentatif mewakili isi dan luas bahan, lebih objektif, dapat dihindari campur tangannya  unsur-unsur subjektif baik dari segi siswa maupun segi guru yang memeriksa.
          2.  Lebih mudah dan lebih cepat memeriksanya karena dapat menggunakan kunci tes  bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi.
          3.  Pemeriksaannya dapat diserahkan pada orang lain.
          4.  Dalam pemeriksaan tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhi.
     3)  Kelemahan-kelemahan
          1.  Persiapan untuk menyusunnya jauh lebih sulit dari pada tes esai karena soalnya banyak dan harus teliti untuk menghindari kelemahan-kelemahan yang lain.
          2.  Soal-soalnya cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan daya pengenalan kembali saja, dan sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi.
          3.  Banyak kesempatan untuk main untung-untungan.
          4.  Kerja sama antar siswa  pada mengerjakan soal tes lebih terbuka.
          Cara mengatasi kelemahan tes objektif :
          1.  Kesulitan menyusun tes objektif dapat diatasi dengan jalan banyak berlatih  terus menerus hingga betul-betul mahir.
          2.  Menggunakan tabel spesifikasi untuk mengatasi kelemahan nomor satu dan dua.
          3.  Menggunakan norma (standar) penilaian yang memperhitungkan faktor tebakan (guessing) yang bersifat spekulatif.
     4)  Penggolongan
         i.   Tes Benar-Salah (True-False Test)
Soal-soalnya berupa pernyataan-pernyataan (statement). Statement tersebut ada yang benar dan ada yang salah. Orang yang ditanya bertugas menandai masing-masing pernyataan itu dengan melingkari huruf B jika pernyataan itu betul menurut pendapatnya dan melingkari huruf S jika pernyataanya salah.
Bentuk tes benar-salah ada 2 macam (dilihat dari segi mengerjakan/menjawab soal), yakni:
              -    Dengan pembetulan (with corection) yaitu siswa diminta membetulkan jika ia memilih jawaban yang salah.
              -    Tanpa pembetulan (without correction) yaitu siswa hanya diminta melingkari huruf B atau S tanpa memberikan jawaban yang betul.
              a)  Kelebihan
                     Dapat mencakup bahan yang luas dan tidak banyak memakan tempat karena biasanya pertanyaan-pertanyaannya singkat saja.
                     Mudah menyusunnya.
                     Dapat digunakan berkali-kali.
                     Dapat dilihat secara cepat dan objektif.Petunjuk cara mengerjakannya mudah dimengerti.
              b)  Kelemahan
                     Sering membingungkan.
                     Mudah ditebak/diduga.
                     Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakn hanya dengan dua kemungkinan benar atau salah.
                     Hanya dapat mengungkap daya ingatan dan pengenalan kembali.
              c)  Petunjuk Penyusunan
                   Dalam penyusunan tes benar-salah, maka harus diperhatikan hal-hal berikut:
                     Tulislah huruf B-S pada permulaan masing-masing item dengan maksud untuk mempermudah mengerjakan atau menilai (scoring).
                     Usahakan agar jumlah butir soal yang harus ijaab B sama dengan butir soal yang harus dijawab S. Dalam hal ini hendaknya pola jawaban  tidak bersifat teratur misalnya: B-S-B-S-B-S atau SS-BB-SS-BB-SS.
                     Hindari item yang masih bisa diperdebatkan. Contoh:B-S. Kekayaan lebih penting dari pada kepandaian
                     Hindari pertanyaan-pertanyaan yang persis dengan buku.
                     Hindari kata-kata yang menunjukkan kecenderungan memberi saran seperti yang dikehendaki oleh item yang bersangkutan, misalnya: semuanya, tidak selalu, tidak pernah, dan sebagainya.
              d) Contoh Soal
                   B-S. Hidrogen Klorida tergolong senyawa ion.
    
          ii.  Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice Test)
Multiple choice test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan . Atau multiple choice test terdiri atas bagian keterangan (stem) dan bagian kemungkinan jawaban atau alternative (options). Kemungkinan jawaban (option) terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci jawaban dari beberapa pengecoh (distractor).
              a)  Penggunaan
Tes bentuk pilihan ganda (PG) ini merupaka bentuk tes objektif yang paling banyak digunakan karena banyak sekali materi yang dapat dicakup. Bentuk soal yang digunakan biasa dalam bentuk beberapa variasi, diantaranya yaitu:
                   1.  Pilihan ganda biasa
                   2.  Hubungan antar hal (pernyataan-sebab-pernyataan)
                   3.  Kasus (dapat muncul dalam berbagai bentuk)
                   4.  Diagram, gambar, tabel, dan sebagainya
                   5.  Asosiasi
              b)  Petunjuk Penyusunan
Pada dasarnya, soal bentuk pilihan ganda ini adalah bentuk soal bentuk benar-salah juga, tetapi dalam bentuk jamak. Tercoba (testee) diminta membenarkan atau menyalahkan setiap stem dengan tiap pilihan jawaban. Kebanyakan jawaban itu biasanya sebanyak tiga atau empat buah, tapi adakalanya dapat juga lebih banyak (untuk tes yan diolah dengan komputer banyaknya option diusahakan 4 buah).
                   Cara memilih jawaban dapat dilakukan dengan jalan:
                     Mencoret kemungkinan jawaban yang tidak benar.
                     Memberi garis bawah pada jawaban yang benar (dianggap benar).
                     Melingkari atau memberi tanda kurung pada huruf didepan jawaban yang dianggap benar. Yang sering kita temui adalah melingkari huruf didepan jawaban yang dianggap benar.
                     Membubuhkan tanda kali (x) atau (+) didalam kotak atau tanda kurung didepan jawaban yang telah disediakan.
                     Menuliskan jawaban ditempat yang telah disediakan.
              c)  Hal-hal yang harus diperhatikan
                   1.    Instruksi pengerjaan harus jelas, dan bila dipandang perlu baik disertai contoh mengerjakannya.
                   2.    Dalam multiple choice test hanya ada satu jawaban yang benar. Jadi tidak mengenal tingkatan-tingkatan benar, misalnya benar nomor satu, benar nomor dua dan sebagainya.
                   3.    Kalimat pokoknya hendaknya mencakup dan sesuai dengan rangakain mana pun yang dapat dipilih.
                   4.    Kalimat pada butir soal hendaknya sesingkat mungkin.
                   5.    Usahakan menghindarkan penggunaan bentuk negatif dalam kalimat pokoknya.
                   6.    Kalimat pokok dalam setiap butir soal, hendaknya tidak tergantung pada butir-butir lain.
                   7.    Gunakan kata-kata: ”manakah jawaban paling baik”, ”pilihlah satu yang pasti lebih baik dari yang lain”, bilamana terdapat lebih dari satu jawaban yang benar.
                   8.    Jangan membuang bagian pertama dari suatu kalimat.
                   9.    Dilihat dari segi bahasanya, butir-butir soal jangan terlalu sukar.
                 10.  Tiap butir soal hendaknya hanya mengandung satu ide, meskipun ide tersebut kompleks.
                   11.  Bila dapat disusun urutan logis antar pilihan-pilihan, urutkanlah (misalnya: urutan
                          tahun, urutan alfabet, dan sebagainya).
                   12. Susunlah agar jawaban manapun mempunyai kesesuaian tata bahasa dengan
                          kalimat pokoknya.
                   13. Alternatif yang disajikan hendaknya agak seragam dalam panjangnya, sifat
                          uraiannya maupun taraf teknis.
                   14.  Alternatif-alternatif yang disajikan hendaknya agak bersifat homogen mengenai
                          isi dan bentuknya.
                   15. Buatlah jumlah alternatif pilihan ganda sebanyak empat. Bilamana terdapat
                          kesukaran, buatlah pilihan-pilihan tambahanuntuk mencapai jumlah empat
                          tersebut pilihan-pilihan tambahan hendaknyajangan terlalu gampang diterka
                          karena bentuk atau isi.
                   16.  Hindarkan pengulangan kata pada kalimat pokok di alternatif-alternatifnya, karena
                          anak cenderung akan memilih alternatif yang mengandung pengulangan tersebut.
                          Hal ini disebabkan karena dapat diduga itulah jawaban yang benar.
                   17.  Hindarkan menggunakan susunan kalimat dalam buku pelajaran. Karena yang
                          terungkap mungkin bukan pengertiannya melainkan hafalannya.
                   18.  Alternatif-alternatif hendaknya jangan tumpang-tindih, jangan inklusif, dan jangan
                          sinonim.
                   19.  Jangan gunakan kata-kata indikator seperti selalu, kadang-kadang, dan pada
                          umumnya.
          iii. Tes Menjodohkan (Matching Test)
Matching test dapat kita ganti dengan istilah mempertandingkan, mencocokkan, memasangkan, atau menjodohkan. Matching test terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai jawaban yang tercantum dalam seri jawaban. Tugas murid adalah mencari dan menempatkan jawaban-jawaban, sehingga sesuai atau cocok dengan pertanyaannya.
               a)  Kelebihan
                   1.  Pembuatannya mudah.
                   2.  Dapat dinilai dengan mudah, cepat dan objektif.
                   3.  Apabila tes jenis ini dibuat dengan baik, maka faktor penebak praktis dapat dihilangkan.
                   4.  Tes jenis ini sangat berguna untuk menilai berbagai hal, misalnya:
                        -     antara problem dan penyelesaiannya
                        -     antara teori dan penemunya
                        -     antara sebab dan akibatnya
                         -     antara singkatan dan kata-kata lengkapnya
                         -    antara istilah dan definisinya
               b)  Kelemahan
                    1.  Cenderung lebih banyak mengungkap aspek hafalan atau daya ingat saja.
                    2.  Karena mudah disusun, maka tes ini seringkali dijadikan pelarian bagi pengajar untuk dipergunakan  kalau pengajar tidak sempat lagi untuk membuat tes bentuk lain.
                    3.  Karena jawaban yang pendek-pendek, maka jenis ini kurang baik untuk mengevaluasi pengertian dan kemampuan membuat tafsiran (interpretasi).
                    4.  Tanpa disengaja, dalam tes jenis ini sering menyelinap atau masuk hal-hal yang sebenarnya kurang perlu untuk diujikan.
               c)  Petunjuk Penyusunan
Petunjuk-petunjuk yang perlu diperhatikan dalam membentuk matching test ini dapat pula dipandang sebagai multiple choice berganda.yusun test bentuk matching adalah:
                   1.  Seri pertanyaan-pertanyaan dalam matching test hendaknya tidak lebih dari sepuluh soal (item). Sebab pertanyaan-pertanyaan yang banyak itu akan membingungkan  murid. Juga kemungkinan akan mengurangi homogenitas antara item-item itu. Jika itemnya cukup banyak, lebih baik dijadikan dua seri.
                   2.  Jumlah jawaban yang harus dipilih, harus lebih banyak dari jumlah soal (kurang lebih 1½ kali). Dengan demikian murid dihadapkan kepada banyak pilihan , yang semuanya mempunyai kemungkian benarnya, sehingga murid terpaksa lebih mempergunakan pikirannya.
                   3.  Antara item-item yang tergabung dalam satu seri matching test harus merupakan pengertian-pengertian yang homogen.
          iv. Tes Isian (Completion Test)
Completion tes biasa disebut dengan tes isian, tes menyempurnakan atau tes melengkapi. Completion  test terdiri atas kalimat-kalimatyang ada bagian-bagiannya yang dihilangkan. Bagian yang dihilangkan ini adalah pengertian yang kita minta dari murid. Ada juga completion test yang tidak berbentuk kalimat-kalimat pendek seperti diatas, tetapi merupakan kalimat-kalimat  berangkai dan memuat banyak isian.
              a)  Kelebihan
                   1.  Masalah yang diujikan tertuang secara keseluruhan dalam konteksnya.
                   2.  Butir-butir item tes ini berguna sekali untuk mengungkap pengetahuan testee secara bulat atau utuh mengenai suatu hal atau suatu bidang.
                   3.  Cara penyusunan itemnya mudah.
              b)  Kelemahan
                   1.  Cenderung lebih banyak mengungkap aspek pengetahuan dan pengenalan saja.
                   2.  Karena tes tertuang dalam bentuk rangkaian cerita , maka tes ini pada umumnya banyak memakan tempat.
                   3.  Sifatnya kurang komprehensif, sebab hanya dapat mengungkap sebagian saja dari bahan yang seharusnya diteskan.
                   4.  Terbuka peluang bagi testee untuk bermain tebak terka.
              c)  Petunjuk Penyusunan
                   Dalam menyusun tes isian hendaknya memperhatikan hal-hal berikut:
                   1.  Perlu selalu diingat bahwa kita tidak dapat merencanakan lebih dari satu jawaban yang kelihatan logis.
                   2.  Jangan mengutip kalimat /pernyataan yang tertera pada buku/catatan.
                   3.  Diusahakan semua tempat kosong sama panjang.
                   4.  Diusahakan hendaknya semua pernyataan jangan mempunyai lebih dari satu tempat kosong.
                   5.  Jangan mulai dengan tempat kosong.
             
D. Penggunaan
     Tes objektif digunakan apabila:
     1.  Kelompok yang akan dites banyak dan tes akan dilakukan berkali-kali.
     2.  Skor yang diperoleh diperkirakan akan dapat dipercaya(mempunyai reabilitas tinggi).
     3.  Guru lebih mampu menyusun tes objektif dari pada tes bentuk uraian.
     4.  Hanya mempunyai waktu sedikit untuk koreksi dibandingkan dibandingkan waktu yang digunakan untuk menyusun tes. Pada umumnya, guru seyogyanya menggunakan dua macam bentuk tes ini dalam perbandingan 3 : 1, yaitu 3 bagian untuk tes objektif, dan 1 bagian untuk tes uraian.

Referensi
http://cheminiezt.blogspot.com/2013/02/evaluasi-pembelajaran-kimia.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar